Menurut Studi, Menulis Dapat Mengurangi Stres

Di zaman yang bergerak cepat, dampak negatif pada kesehatan secara mental dan fisik semakin meningkat, terutama pasca pandemi COVID-19. Kondisi ini dapat dirasakan pada komunal-komunal dalam masyarakat, terjadi peningkatan orang mengalami stres, depresi, kecemasan, trauma, dan gangguan obsesif kompulsif, dan salah satu cara mengatasinya seperti yang direkomendasikan oleh psikolog adalah dengan menulis. 

Menurut studi di tahun 2002, menulis secara ekspresif adalah salah satu cara agar menghilangkan stres. Menulis ekspresif dapat memperbaiki cara penglihatan hidup dan meningkatkan kemampuan meregulasi emosi. 

Bagaimana caranya? Menulis secara ekspresif yang dimaksud adalah penulisan akan pikiran dan perasaan diri sendiri yang berhubungan dengan kejadian yang memicu stres atau kejadian yang signifikan. Jika dilakukan dengan rutin, dapat memfasilitasi cara memproses regulasi emosi, seperti: mengarahkan perhatian, memfasilitasi pembiasaan, dan membantu dalam restrukturisasi kognitif.

Semakin banyak menulis, semakin kurang intensitas akan emosi negatif. Setelah menulis, terdapat penurunan hubungan positif antara pikiran mengganggu yang terpicu dari stres dan gejala depresi. Selain itu, setelah menulis tentang trauma imajiner, orang mungkin memiliki toleransi yang lebih besar terhadap emosi negatif. Dan menulis ekspresif mengurangi ketegangan dan kelelahan, yang dapat disebabkan oleh gairah yang berkelanjutan.

Singkatnya, menulis ekspresif dapat memfasilitasi penyesuaian terhadap stres melalui mekanisme pengaturan emosi. Penelitian di bidang psikiatri, serta psikologi klinis, kesehatan, dan sosial, mendukung proposisi bahwa disregulasi emosi, baik kontrol yang berlebihan atau tidak memadai atas pengalaman emosional, fisiologi, dan perilaku, mempunyai efek buruk pada kesehatan mental dan fisik. Menulis ekspresif mempengaruhi perhatian dan pembiasaan terhadap rangsangan stres dan emosi negatif dan mungkin mempengaruhi restrukturisasi kognisi yang berkaitan dengan pemicu stres dan respons stres.

Salah satu contoh keberhasilan penulisan ekspresif adalah pencapaian salah satu murid IWEC Academy yaitu, Vemmy Erwidianti yang memenangkan juara 1 dan 2 untuk Lomba Cipta Cerpen FMB #1 dan Lomba Cipta Puisi FMB #1. Dengan mengikuti kurikulum Penulisan Memoar dari IWEC, Vemmy mempelajari cara menulis ekspresif dengan merekap ulang kejadian-kejadian signifikan dalam hidupnya. Dia menjadi mahir dalam spektrum emosi yang bisa dirasakan dan dapat menghasilkan karya yang menangkap tema cinta, rindu, dan air mata.

Kamu pun bisa memulai penulisan ekspresif untuk dimasukkan ke kegiatan sehari-harimu. Bisa dimulai dengan cara-cara berikut:

  1. Cari waktu: Berikan waktu minimum 20 menit dalam sehari untuk menulis selama 4 hari berturut-turut.

  2. Topik yang dibahas: Tulislah sesuatu yang sangat intim dan penting untukmu. Kalau bisa, tuliskan sesuatu tentangmu atau perasaan yang kamu belum pernah beritahu kepada siapapun.

  3. Menulis terus: Tidak perlu pedulikan tanda baca, pengejaan, dan struktur kalimat. Biarkan saja kata-katamu mengalir dengan pena di atas kertas. Jika kamu sudah kehabisan kata-kata, bisa mencoba untuk menggambar atau tulis ulang yang sudah kamu tuliskan. Intinya, lanjutkan menulis sampai waktu habis.

  4. Tulisan ini hanya untukmu: Kamu mungkin berencana untuk menghancurkan atau menyembunyikan apa yang telah ditulis. Jangan jadikan latihan ini menjadi sebuah surat. Latihan ini hanya untuk matamu saja.

  5. Berhenti sejenak: Jika saat menulis kamu merasakan bahwa kamu tidak menulis akan suatu peristiwa atau perasaan karena itu akan membuatmu kewalahan, berhenti menulis!

  6. Siap menghadapi yang sulit: Banyak orang yang merasa sedih untuk beberapa saat setelah menulis secara ekspresif, terutama pada hari-hari awal. Tenang saja, biasanya perasaan ini menghilang dalam sejam atau dua jam. 

Beri dirimu waktu setelah menulis untuk merenungkan apa yang telah kamu tulis dan maafkan diri sendiri. Jika kamu khawatir orang lain akan melihat apa yang kamu tulis, simpanlah tulisanmu di tempat yang aman, atau sobek saja. Namun jika kamu tidak khawatir orang lain akan membaca tulisanmu, kamu mungkin ingin menyimpan tulisanmu, sehingga kamu dapat kembali membacanya setelah menyelesaikan latihan ini selama empat hari.

Satu atau dua minggu setelah kamu menyelesaikan latihan menulis ekspresif ini, kamu mungkin ingin merenungkan apa yang kamu perhatikan dalam hidupmu, bagaimana perasaanmu, dan bagaimana tingkah lakumu. Dan mungkin suatu hari kamu bisa membagikan apa yang kamu temukan.

Referensi:

  1. Lepore, S. J., Greenberg, M. A, Bruno, M., Smyth, J. M. (2002). Expressive Writing and Health: Self-Regulation of Emotion Related Experience, Physiology and Behavior.

  2. https://www.psychologytoday.com/intl/blog/write-yourself-well/201208/expressive-writing

  3. Hasmy, L. A., Ghozali. (2022). Literature Review Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Stress Pada Remaja.

  4. Foto oleh Marcos Paulo Prado di Unsplash

Next
Next

Solidarity with Palestine: IWEC’s Public Statement