Gone

by Rania Arifa

 

Diterbitkan 2020

Disunting oleh Maylia E. Sutarto
Novella, 81 halaman
dalam Bahasa Indonesia
ISBN: 978-623-7716-29-7

  • Tristan, si anak yang suka berbuat ulah, dipaksa pulang dan melanjutkan edukasi di Indonesia oleh kedua orangtuanya, karena ulahannya di Amerika. Di sekolah barunya di Jakarta, Tristan bertemu dengan sosok gadis yang menurutnya unik, bernama Ayu. Gadis itu sangat berbeda dari Tristan, misterius dan tertutup. Bukan hal mudah bagi Tristan untuk mendekati Ayu. Tapi setelah beberapa bulan, mereka menemukan kesamaan yang membuka luka masa lalu mereka. Rahasia-rahasia mereka tumpah keluar, dan masalah baru muncul yang mengharuskan Tristan kembali ke Amerika. Apakah persahabatan mereka akan tetap utuh?

    Debut novella bergenre slice-of-life, ditulis original oleh Rania Arifa, bercerita tentang pahitnya hidup dan pertemanan yang menunjukkan makna kehidupan.

  • Satu semester menjadi murid di SMA Garuda, tidak ada satupun hal yang membuatnya merasa terkesan atau tertarik. Beberapa kali ia menerima surat, yang entah apa isinya, karena tidak ada satu surat pun yang beruntung dibaca olehnya, dibiarkannya teronggok di dalam lokernya. Dan sekali ia membuka lokernya, banyak surat yang berhamburan jatuh ke lantai. Namun lagi-lagi, ia cuek dan tak acuh dengan perbuatan fans di sekolahnya itu.

    Sampai suatu hari, saat Tristan berjalan di koridor kelasnya sepulang sekolah, semua siswi yang ada di sekitarnya mencoba untuk mendapatkan perhatiannya. Tetapi, di antara semua siswi yang ramai-ramai mencoba membuatnya terkesan, ada satu siswi yang terkesan tidak tertarik. Pikirannya seakan sedang berada di dunia lain. Gadis itu berbeda.

    Tristan berhenti di depannya, membuat gadis itu mendongakkan kepalanya.

    “Ada apa?” tanya gadis itu dengan wajah datar. Namun, Tristan tidak menjawabnya. Ia hanya diam memandang sejenak wajah gadis di depannya, lalu beringsut pergi.

    Semua yang berada di sana terkejut dengan apa yang baru saja Tristan lakukan. Setelah Tristan pergi, semua siswi sekolah itu memandang tidak suka ke arah gadis itu. Sama seperti Tristan, gadis itu juga tidak memedulikan siswi lain dan pergi begitu saja.

    “Huh, lihat betapa menjengkelkannya dia.”

    “Sombong banget sih, si Ayu!”

    Terdengar beberapa anak mencibirnya saat ia berjalan melewati kerumunan siswi-siswi penggemar Tristan. Namun, bukan Ayu namanya jika mempedulikan sindiran pedas teman-temannya.

    ***

    Ayu, gadis yang dihadang oleh Tristan tadi pergi begitu saja. Ia tidak mengerti dengan anak baru itu yang tiba-tiba berdiri di depannya. Membuatnya jadi bahan cibiran seisi sekolah yang menyukainya. Tristan mungkin sedang besar kepala karena banyak yang menyukainya. Namun Ayu, justru tidak menyukai lelaki yang hanya bisa tebar pesona seperti itu.

    “Ayu!” teriak seseorang dari belakang. Ayu menoleh.

    “Kamu tadi kenapa?” tanya Shera, sahabat Ayu.

    Ayu mengulum senyum, “Enggak apa, Shera.”

    “Tadi diapain sama Tristan?” tanya Shera.

    “Entahlah, anak baru itu benar-benar aneh. Tiba-tiba berdiri di depanku menghadang jalanku, lalu pergi begitu saja,” jelas Ayu dengan nada sebal.

    “Hah, serius?! Aku juga mau hadap-hadapan sama Tristan gitu,” balas Shera dengan ekspresi tidak biasa, membuat Ayu menatap sebal sahabatnya. “Kalau saja tadi aku ikut kamu ke kelasnya Arvin, sudah pasti aku bisa ketemu sama Tristan juga.”

    “Shera, apa bagusnya Tristan sih sampai banyak anak yang ngejar-ngejar dia? Kurang kerjaan banget.”

    “God! Kamu buta, Ayu? Dia itu cowok blasteran paling cakep di sini. Kamu tahu sendiri kan, dia baru datang dari Amerika. Gayanya cool banget! Duh, apalagi kalau udah ngelihat matanya yang berwarna coklat hazel itu, bikin jantung rasanya mau copot aja.”

    “Biasa aja tuh,” balas Ayu cuek.

    “Kamu itu emang enggak doyan sama cowok deh kayaknya,” ejek Shera.

    Perdebatan kedua gadis itu sedikit mencuri perhatian anak-anak yang lewat. Shera memang begitu semangat jika membahas cowok ganteng di sekolah. Bisa dikatakan jika semua cowok ganteng di sekolahnya pernah ia suka.

    “Oh iya, Arvin udah nunggu kita di parkiran!” ucap Shera, lalu menggandeng tangan Ayu mengajaknya berlari.

Previous
Previous

Dear Future

Next
Next

Caroline